Oleh:
Muhammad Andy Rosyid,
S.Pd
Pendahuluan
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Otonomi
Daerah “memaksa” Pemerintah Daerah dapat
mengelola dan mengembangkan daerahnya secara efektif dan demokratis. Kebijakan
Otonomi daerah ini menuntut dan mengarah kepada berbagai bidang termasuk juga bidang
pendidikan. Pendidikan yang pengelolaanya berawal dari sentralistik menjadi
desentralistik. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan pendidikan yang
dilahirkan seperti kurikulum tahun 2006 yang sekarang dikenal dengan nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini membuktikan bahwa pemerintah pusat
menginginkan stakeholder pendidikan di sekolah lebih aktif dan kreatif dalam
mengelola lembaganya termasuk bagaimana memilih manajemen sekolah yang tepat.
Terkait manajemen sekolah tidak luput dari peran kepala sekolah sebagai
penguasa tertinggi di tingkat satuan pendidikan. Kepala sekolah-lah yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di lembaganya. Kepala
sekolah-lah yang bertanggung jawab terhadap kondisi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di lembaganya. Kepala sekolah-lah yang bertanggung jawab terhadap
apapun yang terjadi dan yang akan terjadi di lembaganya. Tanggung jawab yang
secara legal formal harus dipikul oleh seorang kepala sekolah. Sungguh berat,
ya memang berat tugas kepala sekolah yang harus dilaksanakan. Padahal, secara
fungsional jabatan kepala sekolah adalah hanya sekedar tugas tambahan yang
diberikan kepada seorang guru yang dianggap cakap dan mampu melaksanakan segala
tugas-tugas kepemimpinannya. Kalau dihitung secara materi, tunjangan kepala
sekolah mungkin bisa jadi tidak sebanding dengan tugas dan beban yang
diembannya.
Model Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Begitu banyaknya problematika yang harus dihadapi sekolah membutuhkan “Kecerdasan Khusus” yang dimiliki oleh
kepala sekolah dalam mengatur dan mengelola lembaganya. Kepala sekolah harus
cerdas dalam memilih dan menentukan manajemen sekolah yang efektif dan efisien
termasuk yang tidak kalah pentingnya adalah model kepemimpinannya. Hal ini
dimaksudkan program-program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik
demi terwujudnya sekolah yang efektif serta mendapat dukungan dari semua elemen
sekolah termasuk dukungan masyarakat secara luas. Sehingga secara legal
fungsional, selain sebagai salah satu bagian sistem pendidikan nasional sekolah
juga sepatutnya melaksanakan tugas-tugas sosialnya di tengah kehidupan
masyarakat yang beragam.
Salah satu model kepemipinan kepala sekolah yang dapat diuraikan dalam
tulisan ini adalah model kepemimpinan Transformasional. Kepemimpinan Transformasional
kepala sekolah cenderung pada pemberian motivasi kepada guru dan pegawai untuk
melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih baik bahkan hasilnya lebih baik dari
apa yang mereka gambarkan sebelumnya. Kepemimpinan Transformasional juga
diharapkan dapat menimbulkan komitmen yang tinggi yang dilakukan secara sadar
terhadap misi dan visi sekolah.
Proses transformasi dapat dicapai melalui salah satu dari tiga cara
berikut:
1. Mendorong
dan meningktakan kesadaran tentang betapa pentingnya dan bernilainya sasaran
yang akan dicapai kelak menunjukkan cara untuk mencapainya.
2. Mendorong
bawahan untuk mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi.
3. Meningkatkan
orde kebutuhan bawahan / memperluas cakupan kebutuhan tersebut.
Menurut Bass empat ciri-ciri kepemimpinan transformasional, yakni
karismatik, inspirasi, memiliki rangsangan intelektual dan pertimbangan yang
diindividualkan. Untuk lebih jelasnya keempat ciri tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) karismatik, memberikan visi dan misi organisasi dengan
jelas, menanamkan kebanggaan, memperoleh respek, dukungan dan kepercayaan dari
bawahan atau rekan kerjanya; (2) inspirasi, mengkomunikasikan harapan yang
tinggi, menggunakan lambang-lambang untuk memfokuskan upaya mengungkapkan
maksud-maksud penting dengan cara yang sederhana, (3) memiliki rangsangan
intelektual, menggalakkan kecerdasan, membangun organisasi belajar,
rasionalitas, dan memberikan pemecahan masalah yang diteliti; (4) pertimbangan
yang diindivualkan, memberikan perhatian pribadi, memperlakukan setiap karyawan
secara individual, melatih dan menasehati. (
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/)
Sekolah Efektif
Berdasarkan hasil penelitian Rutter (dalam Syafaruddin: 2008),
menunjukkan satu faktor penting yang menentukan efektifitas sekolah adalah
dicapai dengan kebijakan pengembangan sekolah, diantaranya:
1. Sistem reward dan hukuman. Sekolah efektif
terbiasa dengan adanya reward atau imbalan yang diharapkan dapat meningkatkan
motvasi bagi yang berprestasi. Sementara, bagi mereka yang melanggar aturan
diberi hukuman yang setimpal dengan mengurangi kadar hukuman secara fisik.
2. Lingkungan
sekolah. Sekolah efektif diharuskan memiliki tempat dan lingkungan yang aman,
nyaman dan tentram. Dengan kondisi seperti ini kegiatan pengajaran dan
pembelajaran di sekolah bias berjalan dengan baik.
3. Sekolah yang
berhasil, cenderung membuat penggunaan tugas rumah yang baik, menyusun tujuan
akademik yang jelas, memiliki atmosfer percaya diri sebgai suatu kemampuan murid.
4. Hasil lebih
baik bila guru-guru memberikan contoh perilaku yang baik dalam arti memelihara
waktu dengan baik, dan memiliki keinginan menangani masalah murid.
5. Temuan atas
kelompok manajemen dalam kelas berpendapat pentingnya mempersiapkan bahan kemajuan
pelajaran, memelihara perhatian keseluruhan kelas dari sikap rendah hati,
disiplin, fokus atas perilaku pemberian imbalan yang baik dan betindak cepat
menangani gangguan.
6. Hasil akan
lebih menyenangkan bila ada kombinasi kepemimpinan bersama dengan proses
pengambilan keputusan yang semua guru merasa pandangan mereka terwakili.
Sementara itu, sekolah efektif akan terwujud apabila ada kerjasama yang
utuh antara model kepemimpinan kepala sekolah dengan kemampuan personal yang
dimiliki oleh guru/tenaga pendidik. Mengutip pemikiran Davis dan Margareth A. Thomas dalam
bukunya Effective Schools and Effective Teachers mengemukakan
tentang beberapa kemampuan guru yang mencerminkan guru yang efektif,
yaitu mencakup :
1). Kemampuan yang terkait
dengan iklim kelas, 2). Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen, 3). Kemampuan
yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan (reinforcement), 4). Kemampuan yang terkait dengan
peningkatan diri. (
http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Penutup
Mewujudkan
sekolah yang efektif memang tidaklah mudah, dibutuhkan kerja keras dan
kreativitas terutama dari kepala sekolah. Kepala sekolah harus pandai memilih gaya kepemimpinannya
sehingga seluruh elemen sekolah dapat mendukung semua program-program sekolah
yang telah direncanakan bersama demi terwujudnya sekolah yang diidam-idamkan.
Keterangan: artikel ini telah dikirim ke MIMBAR Kemenag Jatim