Sunday, May 29, 2011

Character Building dan Nilai Jual Pendidikan Indonesia

Dewasa ini banyak sekali sekolah yang menjual program mereka dengan slogan pembentukan karakter (character building),yang kemudian menjadi trademark yang luar biasa ditengah gema gencarnya promosi yang hampir bisa dikatakan punya sisi kekuatiran, kemudian timbul pertanyaan, dimana posisi kurikulum pada wacana ini?.
Banyak sekali pendapat yang mengatakan bahwa kurikulum kita sudah rusak, tapi apakah secara detail
diberikan penjelasan atau alasan tentang dimana letak kesalahannya? kemudian apakah indikator dari caharacter building itu sendiri yang bisa memberikan nilai plus pada wajah pendidikan kita? masyarakat indonesia dewasa ini sudah muak dengan slogan-slogan yang hanya menjual mimpi belaka tanpa adanya kontrol yang kuat atau bahkan mediasi yang bisa di-pertanggung jawabkan kepada masyarakat banyak.
kemudian setelah kita menjual slogan tersebut atau mungkin saja menganggap pendidikan kita
mempunyai nilai jual, apa langkah selanjutnya agar membuat ini menjadi suatu hal yang mempunyai
kesinambungan, bukan hanya sekedar friksi yang bersifat sementara!
Pemerintah harusnya lebih peka terhadap fenomena ini, paling tidak ada tindakan persuasif untuk kemajuan pendidikan kita. Bagaimana caranya, berikan otoritas penuh kepada sekolah sebagai penyelengara pendidikan sampai kepada hal yang paling kecil. Jadi pada hal ini pemerintah hanya mengawasi dalam segi yang fleksible, contoh dengan menghapus UAN saja sudah merupaka langkah awal dalam pembelajaran pembetukan karakter.
Sumber: http://edu-articles.com

Lima Kelemahan Guru dalam Mengajar

Tulisan ini bukan merupakan kesimpulan atas kinerja guru secara umum, tetapi hanyalah merupakan temuan penulis selama melaksanakan supervisi kunjungan kelas pada beberapa sekolah yang menjadi binaan penulis ditambah dengan pengamatan penulis pada saat mengikuti kegiatan lesson study MGMP Bahasa Inggris beberapa waktu yang lalu. Sengaja diberi judul demikian karena yang akan dipaparkan adalah kelemahan-kelemahan yang nyata ditemukan penulis. Hal ini dimaksudkan agar bisa menjadi input bagi para guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajarannya.
Dari pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dapat dikemukakan beberapa kelemahan antara lain :
1. Guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir.
Dalam RPP juga tercantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP juga telah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upaya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam mengajar.
Kenyataannya RPP tidak difungsikan, bahkan ada guru yang mengajar tanpa bertpedoman pada RPP. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak terarah.
2. Guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar.
Alat bantu mengajar sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-benda yang nyata. Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa.
Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah-dan ceramah saja.
3. Guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa.
Pengetahuan ten tang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menetapkan strategi mengajar, bahkan untuk mengajukan pertanyaanpun diperlukan pemahaman tentang kemampuan awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses pe,mbelajaran yang dilkukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesultan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yangs edang dibahas oleh guru cenderung berperilaku “menyimpang” seperti: melamun, menulis atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.
4. Penggunaan papan tulis yang kurang tepat
pada umumnya guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan Pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajarannya. Penulisan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran ini bergna sebagai kontrol bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari jalur. Kecenderungan lainnya adalah penggunaan papan tulis yang kaacau. Siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dibahas, dan untuk apa hal itu dibahas. Guru terlalu sibuk menulis dan membuat ilustrasi di papan tulis yang kadang-kadang sulit ditangkap siswa dan tidak disimpulkan.
5. Tidak melaksanakan evaluasi
Dengan alasan kekurangan waktu seringkali guru tidak melaksanakan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Evaluasi ini bertguna bagi guru untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran yang dilakukannya. Dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir kegiatan /bahasan akan bisa mendeteksi siswa mana yang masih kesulitas dan pada bagian apa siswa merasa sulit. Hal ini akan sangat berguna bagi guru dalam membantu siswa
Apabila 5 macam kelemahan guru ini dapat diperbaiki, maka peoses pembelajaran akan menjadi lebih bermutu dan muaranya nanti pada hasil belajar yang lebih baik. Perubahan pada kelima kelemahan tersebut tidak memerlukan biaya. Yang diperlukan hanyalah kesadaran diri untuk memberikan yang terbaik kepada siswa. Kepala sekolah dapat berperan dalam perbaikan proses pembelajaran ini dengan cara lebih sering melaksanakan supervisi kunjungan kelas.
Sumber: http://edu-articles.com

Friday, May 20, 2011

Mengefektifkan Kinerja Komite Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu Pendidikan

Oleh: Muhammad Andy Rosyid, S.Pd

Pendahuluan
Otonomi daerah sebagai media untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan di masyarakat. Lancar dan tidaknya realisasi pelaksanaan otonomi daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat itu sendiri. Kemampuan yang dibutuhkan antaranya adalah kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola dinamika masyarakat, kemampuan untuk mengalokasikan sumber finansial daya alam secara tepat, memotifasi lembaga-lembaga pendukung pembangunan, serta keberanian untuk mengambil keputusan-keputusan untuk kemajuan daerah.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai salah satu bagian dari otonomi daerah, maka untuk meningkatkan peran serta masyarakat di bidang pendidikan, diperlukan suatu wadah yang dapat mengakomodasikan pandangan, aspirasi dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin terciptanya demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas pendidikan. Salah satu wadah tersebut adalah dewan pendidikan di tingkat Kabupaten/ Kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Selanjutnya

Kenaikan Pangkat Struktural dan Fungsional

Bagi teman-teman guru PNS khususnya di lingkungan Kantor Kementerian Agama yang ingin mengurus kenaikan pangkatnya. Pada kesempatan kali ini kami mencoba berbagi bagaimana aturan dan panduan pengisian DUPAK.Untuk Selanjutnya teman-teman bisa download dua hal di bawah ini:       
1.Blanko Pengisian DUPAK
2.Aturan dan tata cara  Perhitungan DUPAK

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger